KEN Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2015 di Level 5,2%
Liputan6.com, Jakarta - Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan pertumbuhan ekonomi
pada 2015 mengalami pertumbuhan, namun tak terlalu tinggi. Pertumbuhan
ekonomi tahun depan diperkirakan di kisaran 5,2 persen hingga 5,5
persen.
"Dengan asumsi stimulus fiskal dari hasil penghematan subsidi BBM akan efektif pada sementer kedua," ujar Wakil Ketua KEN Raden Pardede saat memberikan sambutan pada acara Prospek Ekonomi Indonesia 2015 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2014.
Sedangkan mengenai angka inflasi, KEN memperkirakan akan berada di tingkat yang lebih tinggi dibanding tahun ini. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan juga tarif listrik.
Untuk menghadapi tekanan inflasi domestik dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, maka suku bunga acuan BI diperkirakan akan naik hingga mencapai 8,5 persen.
"Dengan demikian, nilai tukar akan berada disekitar Rp 12.200 hingga Rp 12.700 per dolar Amerika Serikat," lanjutnya.
Meski demikian, keadaan ekonomi Indonesia hingga September 2014 dinilai lebih stabil jika dibandingkan dengan 2013 dimana inflasi lebih rendah, defisit transaksi berjalan menurun serta volatilitas nilai tukar suku bunga menurun.
"Namun kami mulai khawatir dengan tren penurunan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja serta pelebaran distribusi pendapatan," tandasnya. (Dny/Gdn)
"Dengan asumsi stimulus fiskal dari hasil penghematan subsidi BBM akan efektif pada sementer kedua," ujar Wakil Ketua KEN Raden Pardede saat memberikan sambutan pada acara Prospek Ekonomi Indonesia 2015 di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2014.
Sedangkan mengenai angka inflasi, KEN memperkirakan akan berada di tingkat yang lebih tinggi dibanding tahun ini. Hal tersebut disebabkan oleh kenaikan harga BBM dan juga tarif listrik.
Untuk menghadapi tekanan inflasi domestik dan kenaikan suku bunga di Amerika Serikat, maka suku bunga acuan BI diperkirakan akan naik hingga mencapai 8,5 persen.
"Dengan demikian, nilai tukar akan berada disekitar Rp 12.200 hingga Rp 12.700 per dolar Amerika Serikat," lanjutnya.
Meski demikian, keadaan ekonomi Indonesia hingga September 2014 dinilai lebih stabil jika dibandingkan dengan 2013 dimana inflasi lebih rendah, defisit transaksi berjalan menurun serta volatilitas nilai tukar suku bunga menurun.
"Namun kami mulai khawatir dengan tren penurunan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja serta pelebaran distribusi pendapatan," tandasnya. (Dny/Gdn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar